Rabu, 09 Desember 2009

صلة الرحم وتحريم قطيعتها


صحيح مسلم

البر والصلة والآداب

صلة الرحم وتحريم قطيعتها



و حَدَّثَنِي ‏ ‏عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ ‏ ‏حَدَّثَنِي ‏ ‏أَبِي ‏ ‏عَنْ ‏ ‏جَدِّي ‏ ‏حَدَّثَنِي ‏ ‏عُقَيْلُ بْنُ خَالِدٍ ‏ ‏قَالَ قَالَ ‏ ‏ابْنُ شِهَابٍ ‏ ‏أَخْبَرَنِي ‏ ‏أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ ‏

‏أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏قَالَ ‏ ‏مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ ‏ ‏وَيُنْسَأَ ‏ ‏لَهُ فِي ‏ ‏أَثَرِهِ ‏ ‏فَلْيَصِلْ ‏ ‏رَحِمَهُ  - 4639


‏حَدَّثَنِي ‏ ‏عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَسْمَاءَ الضُّبَعِيُّ ‏ ‏حَدَّثَنَا ‏ ‏جُوَيْرِيَةُ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏مَالِكٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏الزُّهْرِيِّ ‏ ‏أَنَّ ‏ ‏مُحَمَّدَ بْنَ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ ‏ ‏أَخْبَرَهُ أَنَّ ‏ ‏أَبَاهُ ‏ ‏أَخْبَرَهُ ‏

‏أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏قَالَ ‏ ‏لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ ‏

‏حَدَّثَنَا ‏ ‏مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ ‏ ‏وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏عَبْدِ الرَّزَّاقِ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏مَعْمَرٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏الزُّهْرِيِّ ‏ ‏بِهَذَا الْإِسْنَادِ ‏ ‏مِثْلَهُ وَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - 4637


Surat Nabi Kepada Najasyi

Ibnul Ishaq menceritakan, "Rasulullah mengutus Amr bin Umayyah ad-Dhamri r.a. untuk membawa surat kepada raja Najasyi sehubungan dengan keadaan Ja’far bin Abi Thalib dan teman-temannya di sana. Isi surat itu adalah sebagai berikut :


Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Dari Muhammad Rasulullah saw. kepada Najasyi Ash-ham raja Habasyah

Salam sejahtera bagimu

Aku memuji engkau kepada Allah Yang Maha Suci lagi Perkasa, dan aku bersaksi bahwa Isa a.s. adalah ruh Allah dan kalimah-Nya yang ditiupkan kepada Mariam seorang perawan suci, bersih, dan terjaga. Mariam mengandung Isa a.s. Kemudian Allah menciptakan Isa a.s. dari ruh-Nya dan ditiupkan-Nya ruh itu (ke dalam jasadnya) sebagaimana Adam a.s. yang diciptakan Allah langsung dengan Tangan-Nya dan ditiupkan-Nya ruh (ke dalam tubuhnya). Kini aku mengajak engkau (untuk menyembah) Allah Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya dan terus-menerus mentaati-Nya serta mengikuti aku. Juga engkau mempercayaiku dan ajaran-ajaran yang diturunkan-Nya padaku bahwa aku adalah utusan-Nya. Aku telah mengutus kepadamu keponakanku yang bernama Ja’far bersama serombongan kaum muslimin. Apabila mereka telah sampai ke hadapanmu, maka layanilah mereka sebaik-baiknya dan tinggalkanlah kesombongan. Aku mengajak engkau dan seluruh tentaramu kepada (agama) Allah. Sungguh telah aku sampaikan risalah dan nasihatku, maka terimalah ajakan dan nasihatku ini!"

Salam sejahtera bagi siapa saja yang mengikuti hidayah

Surat Balasan Raja Najasyi kepada Nabi Saw.

Setelah menerima surat dari Nabi Saw. maka raja Najasyi menulis surat balasan kepada beliau sebagai berikut :

Bismillaahir Rahmaanir rahiim

Untuk Muhammad Rasulullah saw. dari Najasyi Asham bin Abjar

Salam sejahtera, rahmat, dan keberkahan dari Allah semoga tercurah kepada engkau, wahai Nabi Allah.

Tidak ada tuhan selain Dia yang telah memberikan petunjuk kepada aku untuk masuk islam. Wahai Rasulullah, surat engkau telah sampai padaku yang mana di dalamnya engkau telah menerangkan tentang perkara Isa. Demi Tuhan Pemelihara langit dan bumi, sesungguhnya Isa tidak lebih dari apa yang telah terangkan dalam suratmu. Aku telah mengetahui tentang utusan yang engkau hantarkan kepada kami, dan mengenai keponakan engkau serta teman-temannya, aku telah melayani mereka dengan pelayanan yang baik. Oleh karena itu aku bersaksi bahwasanya engkau adalah utusan Allah yang benar dan dibenarkan, dan aku berbai’at kepadamu juga kepada keponakanmu serta aku masuk islam ditangannya semata-mata karena Allah Penguasa alam semesta. Wahai Nabi Allah, aku juga telah mengutus kepada engkau Ariha bin Ash-Ham bin Abjar, karena sesungguhnya aku tidak berkuasa kecuali pada diriku sendiri. Tetapi jika engaku menyuruhku untuk datang sendiri kepada engkau, pasti aku bersedia wahai Rasul Allah, karena sesungguhnya aku bersaksi bahwa segala yang engkau katakan itu adalah benar." ( HR. Baihaqi, dalam kitab al-Bidayah jilid III halaman 87)

Sumber : Hayatush Shahaabah Maulana Muhammad Yusuf al Kandhalawi R.a.

Surat Nabi ke Heraklius

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. katanya Abu Sufyan mengisahkan kepadanya dari mulut Abu Sufyan sendiri cerita berikut: “Pada masa berlangsungnya perjanjian Damai antaraku dengan Rasulullah saw., aku pergi berniaga ke Syam. Ketika itu aku sedang berada di sana, disampaikan orang sepucuk surat dari Rasulullah saw. Kepada Kaisar Heraclius, penguasa Rumawi.

Yang membawa surat itu ialah Dihyah Al Kalbi kepada pembesar Bushra ini, kemudian pembesar Bushra ini menyampaikannya kepada Heraclius. Tanya Heraclius, “ Adakah di sini orang-orang dari bangsa laki-laki yang mendakwakan dirinya menjadi Nabi itu?” Jawab mereka, “Ada!” Lalu aku dipanggil mereka menghadap Heraclius bersama beberapa orang-orang Quraisy kawan-kawanku. Kami masuk dan duduk di hadapan baginda. Tanya Heraclius,”Siapakah di antara kalian yang dekat pertalian darahnya dengan orang yang mendakwakan dirinya menjadi Nabi itu?” Jawabku, “Aku!” Mereka menyuruhku duduk ke depan, sedang kawan-kawanku duduk di belakangku. Sesudah itu dipanggilnya penterjemah sambil berkata, “ Katakan kepada mereka, bahawa aku menanyakan kepada mereka perihal laki-laki yang mendakwakan dirinya sebagai Nabi. Jika dia berdusta, katakan dia dusta.” Kata Abu Sufyan., “Demi Allah! Kalaulah aku tidak takut akan dicap pendusta, sungguh telah kudustai dia.” Kemudian Heraclius berkata kepada penterjemah,” Tanyakan kepadanya, bagaimana kebangsaan orang itu di kalanganmu?” Jawabku, “Dia seorang bangsawan di kalangan kami.” Tanya”Apakah dia turunan raja?” Jawabku”Tidak1” Tanya, “Siapa yang jadi pengikutnya, orang-orang besar atau rakyat kecil?”. Jawabku, “Hanya rakyat kecil.” Tanya, “Adakah pengikutnya selalu bertambah atau berkurang?” Jawab,”Mereka selalu bertambah.” Tanya,” Adakah di antara pengikutnya itu murtad kerana benci kepada agama yang dikembangkannya itu?”. Jawab,”Tidak” Tanya,”Pernahkah kamu berperang dengannya?” Jawab,”Ya, pernah” Tanya,” bagaimana jalannya peperanganmu dengannya?” Jawab,”Peperangan kami berjalan silih berganti antara menang dan kalah. Kadang-kadang kami yang menang, dia kalah; kadang-kadang kami yang kalah , dia yang menang” tanya,”Pernahkah dia mungkir janji?” Jawab,” Tidak! Bahkan kami sedang dalam masa perjanjian damai, yaitu tidak akan serang menyerang dengannya. Aku tidak tahu apa yang akan dibuatnya terhadap perjanjian itu.”. Kata Abu Sufyan selanjutnya,”Demi Allah, tidak ada kalimat lain yang dapat kuucapkan selain daripada itu.” Tanya,”Apakah ada orang lain sebelum dia, yang mengaku menjadi Nabi seperti dia pula?” Jawab,”Tidak!” Kemudian dia berkata kepada penterjemahnya,” Katakan kepadanya, kutanyakan kepadamu tentang bangsanya (status sosialnya), maka engkau katakan dia bangsawan. Memang demikianlah halnya semua Rasul-Rasul; mereka dibangkitkan dari kalangan bangsawan kaumnya.” Kutanyakan pula kepadamu,”Apakah dia turunan raja?” Jawabmu ,”Tidak Kataku,”kalaulah ada bapak atau kakeknya yang menjadi raja, tentu kerana dia ingin mengembalikan kekuasaan nenek moyangnya.” Kutanyakan pula tentang pengikutnya, apakah terdiri dari rakyat kecil. Memang merekalah pengikut para Rasul. Kutanyakan pula, pernahkah kamu menuduhnya sebagai pembohong sebelumnya?” Jawabmu,”Tidak!”. Aku tahu, dia tidak akan pernah berdusta terhadap manusia, apalagi berdusta terhadap Allah”.saya tanyakan kepadamu,”Adakah pengikutnya murtad, kerana setelah dipeluknya agama baru itu lalu dia membenci agama itu. Jawabmu, “Tidak!” Memang begitulah halnya apabila iman telah tertanam di dalam hati seseorang. Kutanya pula,” Apakah pengikutnya berkurang?” Jawabmu”bahkan mereka selalu bertambah.” Ya, seperti itulah iman hingga sempurna. Kutanya pula, “Pernahkan kamu memeranginya?” Jawabmu, “Memang, kamu memeranginya. Dan peperangan berjalan silih berganti, kadang-kadang menang, dan kadang kalah.” Memang demikianlah halnya, para Rasul itu selalu diuji. Namun demikian, kemenangan terakhir selalu berada di pihak mereka. Ku tanyakan pula, “Pernahkah dia mungkir janji?” Jawabmu,”Tidak pernah!” Memang demikian para Rasul tidak pernah mungkir janji. Kutanya pula engkau, “ Adakah orang lain sebelum dia yang mengaku menjadi Nabi seperti dia?” Jawabmu,”Tidak!” kataku,”kalau ada orang lain sebelumnya yang mengaku menjadi Nabi seperti dia, mungkin dia hanya ikut-ikutan dengan orang sebelumnya itu.” Kemudian dia bertanya,” Apa saja yang diperintahkannya kepadamu?” Jawabku,” Dia menyuruh kami solat, membayar zakat, menghubung silaturrahim, dan hidup suci.” Katanya” Jika yang kamu katakan itu benar semuanya, maka tak salah lagi orang itu sesungguhnya Nabi. Aku telah tahu bahawa dia akan muncul, tetapi aku tidak menduga bahawa dia akan muncul di kalangan kalian. Kalaulah aku yakin bahawa aku dapat bertemu dengannya. Aku memang ingin benar bertemu dengannya. Dan kalau aku telah berada di dekatnya, akan kubasuh kedua telapak kakinya. Dan daerah kekuasaannya kelak, akan sampai ke daerah kekuasaan ku ini” kata Abu Sufyan, “Kemudian dimintanya surat Rasulullah saw. tersebut, lalu dibacanya. Di dalamnya tertulis:

”Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang. Dari Muhammad Rasulullah, kepada Heraclius, pembesar Rumawi. Berbahagialah orang yang mengikuti petunjuk. Kemudian. Aku mengajak Anda masuk Islam. Islamlah Anda, niscaya Allah akan memberi pahala berlipat ganda. Jika anda menolak, maka anda akan memikul dosa seluruh rakyat anda. Hai Ahli Kitab!marilah kita bersatu dalam kalimah yang sama antara kita semua. Yaitu, bahawa kita tidak akan menyembah selain hanya kepada Allah semata-mata: tidak akan menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain, dan tidak menjadi sebagian kita menjadi Tuhan sebagian yang lain, kecuali hanya Allah semata-mata. Jika mereka menolak, maka katakanlah kepada mereka, “saksikanlah bahawa kami adalah orang-orang Muslim”.

Setelah Heraclius selesai membaca surat itu, terdengar suara heboh di sekitarnya. Dia memerintahkan kami supaya keluar. Sampai diluar aku berkata kepada kawan-kawanku,”Sungguh luar biasa urusan Ibnu Abi Kabsyah!) Sehingga ditakuti oleh raja bangsa kulit kuning. Kerana itu aku senantiasa yakin, bahwa agama Rasulullah saw ini pasti menang, sehingga akhirnya Allah memasukkan Islam ke dalam hati sanubariku.”

Catatan:
Abu Kabsyah, ialah suami Halimatus Sa’diyah, ibu susu Nabi Muhammad saw. Jadi Abu Kabsyah ialah bapak susu Nabi saw. Nabi saw. Dipanggil Ibnu Abu Kabsyah (anak Abu Kabsyah) oleh orang-orang kafir Quraisy sebagai cemoohan mereka terhadap beliau.

Hadis 1745 jilid 3 sahih Muslim.